Gagal
Berkembang adalah suatu keadaan dimana berat badan anak atau pertambahan berat
badan anak secara signifikan berada dibawah berat badan anak lainnya yang sama
umur dan jenis kelaminnya
PENYEBAB
PENYEBAB
Gagal berkembang biasanya ditemukan pada anak kecil,
terutama yang berumur dibawah 2 tahun. Gagal
berkembang pada bayi dan anak-anak biasanya ditandai dengan kegagalan dalam
menambah berat badan dan tinggi badan. Pada remaja, tubuhnya terlihat pendek
dan perkembangan seksualnya kurang.
Penyebabnya bisa berupa faktor intrinsik (berasal
dari dalam diri anak, biasanya merupakan masalah kesehatan) atau faktor ekstrinsik
(berasal dari lingkungan diluar anak, biasanya merupakan masalah psikososial).
Yang termasuk ke dalam faktor
intrinsik:
·
Kelainan
kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
·
Defek pada sistem organ utama
·
Kelainan
pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
·
Kerusakan
otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam pemberian
makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
·
Kelainan
pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan mekanisme
penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
·
Anemia atau penyakit darah lainnya
·
Kelainan
pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau hilangnya enzim
pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi
·
Beberapa
penyakit (misalnya cerebral palsy, gastroenteritis menahun dan refluks
gastroesofageal).
Yang
merupakan faktor ekstrinsik:
·
Faktor
psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan
dari orang tua). Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang.
Depresi bisa terjadi jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup,
seperti yang dapat terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator
atau pada anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
·
Faktor
ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak, tempat
tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat
menyebabkan anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhannya
·
Faktor
lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun).
Faktor resiko terjadinya gagal berkembang:
Faktor resiko terjadinya gagal berkembang:
-
Penyakit
yang diderita anak tetapi tidak terdiagnosis
-
Kemiskinan
-
Lingkungan
emosional yang negatif
-
Tempat
tinggal yang berdesakan serta kumuh.
Gejalanya berupa:
Gejalanya berupa:
-
Tinggi
badan, berat badan dan lingkar kepala tidak berkembang secar normal berdasarkan
tabel pertumbuhan standar (tinggi badan kurang dari 3 persentil, berat badan
20% dibawah berat badan ideal terhadap tinggi badan atau kurva pertumbuhannya
menurun dari sebelumnya)
-
Kemampuan
fisik (seperti berguling, duduk, berdiri dan berjalan) berkembang secara lambat
-
Kemampuan
mental dan sosial tertunda
-
Perkembangan
ciri seksual sekunder tertunda (pada remaja).
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kunjungan yang lalu dan dengan grafik standar. Jika laju pertumbuhannya cukup, maka dikatakan normal meskipun anaknya kecil. Untuk mengetahui mengapa anak ini kecil, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan ditanyakan mengenai kebiasaan makan, masalah sosial dan penyakit yang pernah diderita anak maupun anggota keluarga lainnya.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kunjungan yang lalu dan dengan grafik standar. Jika laju pertumbuhannya cukup, maka dikatakan normal meskipun anaknya kecil. Untuk mengetahui mengapa anak ini kecil, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan ditanyakan mengenai kebiasaan makan, masalah sosial dan penyakit yang pernah diderita anak maupun anggota keluarga lainnya.
Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
·
Pemeriksaan
darah lengkap (untuk melihat adanya anemia)
·
Elektrolit
·
Analisa
air kemih
·
Tes
fungsi tiroid
·
Pemeriksaan
hormon lainnya
·
Elektroforesa
hemoglobin untuk
menentukan adanya penyakit sel sabit
·
Rontgen
untuk menentukan usia tulang.
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Setiap
penyakit yang diduga menjadi penyebab terjadinya gagal berkembang, harus
diobati. kegagalan pertumbuhan akibat faktor gizi dapat diatasi dengan
menerapkan pola makan seimbang dan memberikan pendidikan kepada orang tua. Jika melibatkan faktor psikososial,
pengobatan sebaiknya meliputi perbaikan dinamika keluarga dan lingkungan tempat
tinggal. Sikap dan perilaku orang tua bisa berpengaruh terhadap masalah anak
dan perlu dievaluasi.
Pada
beberapa kasus, anak perlu dirawat di rumah sakit agar bisa diterapkan suatu
rencana pengobatan yang menyeluruh dari segi medis, perilaku dan psikososial.
Jika keadaan ini belum berlangsung lama dan penyebabnya diketahui serta dapat diperbaiki, maka anak akan kembali mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Jika keadaannya telah berlangsung lama, maka efeknya mungkin juga akan berlangsung lama dan pertumbuhan serta perkembangan yang normal mungkin tidak dapat dicapai.
Jika keadaan ini belum berlangsung lama dan penyebabnya diketahui serta dapat diperbaiki, maka anak akan kembali mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Jika keadaannya telah berlangsung lama, maka efeknya mungkin juga akan berlangsung lama dan pertumbuhan serta perkembangan yang normal mungkin tidak dapat dicapai.
C.MASALAH
PERILAKU
Masalah
Perilaku adalah pola perilaku yang sulit, yang dapat mengancam hubungan yang
normal antara anak dengan orang lain di sekelilingnya. Masalah perilaku bisa
merupakan akibat dari l ingkungan, kesehatan, tabiat atau perkembangan
anak. Masalah perilaku juga bisa timbul
akibat hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua, guru maupun pengasuhnya.
Untuk mendiagnosis suatu masalah perilaku, biasanya ditanyakan menganai
kegiatan anak sehari-hari secara kronologis dan menyeluruh. Pembahasan
dipusatkan pada lingkungan yang menyebabkan timbulnya gangguan perilaku dan
perilaku itu sendiri secara terperinci. Juga dilakukan pengamatan terhadap
interaksi antara anak dan orang tua.
Masalah
perilaku semakin lama cenderung semakin memburuk karena itu untuk mencegah
progresivitasnya perlu dilakukan pengobatan dini . Kontak yang lebih positif
dan lebih menyenangkan antara orang tua dan anak dapat meningkatkan harga diri
anak dan orang tua. Interaksi yang lebih baik dapat membantu memecahkan
lingkaran setan dari perilaku negatif yang menyebabkan timbulnya respon
negatif.
Masalah Interaksi Anak-Orang tua
Masalah
Interaksi Anak-Orang Tua adalah kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam hubungan
antara anak dan orang tuanya.Masalah interaksi bisa mulai timbul pada beberapa
bulan pertama kehidupan anak. Hubungan antara ibu dan anak mungkin menjadi
tegang akibat:
o
kesulitan
yang dialami ibu selama kehamilan maupun persalinan
o
depresi
pasca persalinan
kurangnya dukungan dari suami, keluarga maupun teman.
o
waktu
menyusu dan waktu tidur bayi yang tidak teratur (sampai umur 2-3 bulan,
kebanyakan bayi tidak tidur pada malam hari; pada saat-saat ini mereka sering
menangis).
o
Kelelahan,
kebencian dan rasa bersalah orang tua bercampur dengan rasa putus asa sehingga
mempengaruhi hubungan orang tua dengan bayinya. Hubungan yang buruk antara anak
dan orang tua bisa memperlambat perkembangan mental dan kemampuan sosial anak
dan bisa menyebabkan terjadinya kegagalan berkembang.
Kepada
orang tua sebaiknya diberikan informasi yang lengkap mengenai perkembangan bayi
disertai nasihat atau kiat untuk menghadapinya. Tabiat bayi bisa dievaluasi dan
didiskusikan.Hal ini bisa membantu orang tua untuk lebih realistis dan
menyadari bahwa rasa bersalah dan konflik merupakan emosi yang normal dalam
pengasuhan anak. Dengan demikian orang tua akan belajar menerima perasaannya
dan mencoba membangun hubungan yang sehat.
D. KECEMASAN KARENA BERPISAH
Kecemasan
Karena Berpisah adalah kecemasan yang dirasakan oleh anak ketika orang tuanya
meninggalkannya sendiri. Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya atau menangis
jika didekati orang yang tidak dikenalnya, merupakan suatu tahap perkembangan
normal yang ditemukan pada bayi usia 8 bulan dan berlangsung sampai usia 18-24
bulan.
Pada umur 2 tahun, anak batita (dibawah tiga tahun) mulai memahami bahwa orang tuanya mungkin tidak terlihat oleh mata tetapi mereka pasti akan kembali.
Pada umur 2 tahun, anak batita (dibawah tiga tahun) mulai memahami bahwa orang tuanya mungkin tidak terlihat oleh mata tetapi mereka pasti akan kembali.
Pada saat
bayi berkembang dan lebih memperhatikan serta berinteraksi dengan
lingkungannya, dia akan mengalami berbagai emosi seperti rasa percaya, rasa
aman dan nyaman. Jika dia merasa kurang akrab dengan lingkungannya, maka akan
timbul rasa takut.
Pada usia
8-24 bulan, anak-anak mengalami perasaan takut jika tidak berada dalam
lingkungan yang akrab dan aman. Mereka mengenal orang tuanya sebagai lingkungan
yang akrab dan aman. Jika berpisah dari orang tua, mereka merasa terancam dan
tidak aman.
Gejalanya bisa berupa:
Gejalanya bisa berupa:
-
Kesedihan
berlebih ketika berpisah dengan ibu
-
Khawatir
akan kehilangan atau terjadi sesuatu yang buruk pada ibu
-
Sering
enggan pergi ke sekolah atau tempat lainnya karena takut berpisah
-
Tidak
mau tidur jika tidak ditemani oleh orang dewasa
-
Mimpi
buruk
-
Sering
mengeluhkan keadaan fisiknya
Beberapa
orang tua (terutama yang baru pertama kali memiliki anak) menduga bahwa
kecemasan karena berpisah ini merupakan suatu gangguan emosional dan mereka
menghadapinya dengan bersikap protektif. Sang ayah mengartikan kecemasan
karena berpisah sebagai pertanda bahwa anak terlalu dimanja dan menyalahkan
ibunya atau mencoba untuk merubah perilaku anak dengan cara memarahi dan
memberi hukuman.
Sebaiknya
orang tua diyakinkan bahwa perilaku anak adalah normal. Orang tua didorong
untuk tidak terlalu protektif dan mengekang anak serta dianjurkan untuk
membiarkan anaknya berkembang secara normal.
Penyelesaian
terhadap masalah kecemasan ini tergantung kepada rasa aman dan rasa percaya
yang mereka miliki terhadap orang selain orang tuanya, lingkungannya dan
keyakinan akan kembalinya orang tua mereka.
Meskipun
anak telah berhasil melewati masa perkembangan ini, kecemasan karena berpisah
mungkin akan kembali pada saat anak mengalami stres. Kebanyakan anak akan
mengalami kecemasan jika berada dalam situasi yang tidak dikenalnya dengan
baik, terutama jika terpisah dari orang tuanya.
E.
MASALAH MAKAN
Penurunan
nafsu makan normal yang disebabkan oleh laju pertumbuhan yang lambat sering
ditemukan pada anak usia 1-8 bulan. Masalah makan bisa terjadi jika orang tua
atau pengasuh memaksa anak untuk makan atau terlalu mengkhawatirkan nafsu makan
maupun kebiasaan makan anak. Anak tidak menelan makanannya tetapi malah
menyimpan/menahannya di dalam mulut atau bahkan memuntahkannya. Keadaan ini
dapat diatasi dengan mengurangi ketegangan dan emosi yang negatif pada waktu
makan.
Sebaiknya anak dibiarkan memakan makanan yang dipilihnya pada waktu makan dan jangan dibiasakan untuk ngemil diantara jam-jam makan. Dengan cara ini keseimbangan antara nafsu makan, banyaknya makanan yang dimakan serta kebutuhan gizinya akan terpenuhi.
Sebaiknya anak dibiarkan memakan makanan yang dipilihnya pada waktu makan dan jangan dibiasakan untuk ngemil diantara jam-jam makan. Dengan cara ini keseimbangan antara nafsu makan, banyaknya makanan yang dimakan serta kebutuhan gizinya akan terpenuhi.
F.
GANGGUAN TIDUR
Mimpi
buruk adalah
mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur REM) (rapid eye movement.
Seorang anak yang mengalami mimpi buruk
biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat mengingat kembali mimpinya secara
terperinci.
Mimpi
buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya
tindakan yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi
mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan adanya
masalah psikis. Pengalaman yang menakutkan (termasuk cerita seram atau film
tentang kekerasan di televisi) bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini
terutama sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4 tahun, karena mereka
belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror di malam hari
adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur, anak separuh terbangun
dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa yang
telah dialaminya. Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana
dalam keadaan tertidur, anak bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan.
Teror di
malam hari dan tidur sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (non-REM)
dan terjadi dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Setiap episode bisa
berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit. Teror di malam hari
sifatnya dramatis karena anak menjerit-jerit dan panik; keadaan ini paling
sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 tahun.
Seorang
yang tidur sambil berjalan memiliki cara berjalan yang janggal/kaku, tetapi
biasanya dapat menghindari benda-benda sehingga tidak terbentur. Mereka tampak
linglung tetapi tidak menunjukkan rasa takut. Mereka akan terbangun secara
tiba-tiba dengan pandangan mata yang kosong atau bingung. Pada awalnya mereka
belum sepenuhnya terbangun atau belum sepenuhnya tanggap terhadap orang di
sekelilingnya.
Ketika terbangun di pagi hari, mereka tidak dapat mengingat kembali apa yang telah terjadi.
Ketika terbangun di pagi hari, mereka tidak dapat mengingat kembali apa yang telah terjadi.
Sekitar
15% anak yang berumur 5-12 tahun minimal pernah mengalami sekali berjalan dalam
keadaan tidur. 1-6% anak laki-laki usia sekolah mengalami tidur sambil berjalan
secara terus menerus, yang biasanya dipicu oleh peristiwa yang menegangkan
(stres).
Tidak mau tidur merupakan masalah yang sering ditemukan, terutama pada anak-anak yang berumur 1-2 tahun. Mereka menangis jika ditinggalkan sendiri di tempat tidurnya atau meninggalkan tempat tidurnya dan mencari orang tuanya. Hal ini berhubungan dengan kecemasan karena berpisah dan dengan upaya anak untuk mengendalikan lebih banyak lagi aspek dari lingkungannya.
Tidak mau tidur merupakan masalah yang sering ditemukan, terutama pada anak-anak yang berumur 1-2 tahun. Mereka menangis jika ditinggalkan sendiri di tempat tidurnya atau meninggalkan tempat tidurnya dan mencari orang tuanya. Hal ini berhubungan dengan kecemasan karena berpisah dan dengan upaya anak untuk mengendalikan lebih banyak lagi aspek dari lingkungannya.
Terbangun
di malam hari
adalah gangguan tidur yang sering ditemukan pada anak-anak yang masih kecil.
Sekitar 50% dari anak-anak yang berumur 6-12 bulan sering terbangun di malam
hari. Anak--anak yang mengalami kecemasan karena berpisah juga sering terbangun
di malam hari. Anak-anak yang lebih besar sering terbangun di malam hari karena
sakit, suatu gerakan atau peristiwa menegangkan lainnya. Terbangun di malam
hari bisa semakin sering terjadi jika anak terlalu lama tidur siang dan terlalu
bersemangat bermain sebelum tidur malam.
Teror
malam dan tidur sambil berjalan hampir selalu hilang dengan sendirinya,
meskipun sekali-kali terjadi selama beberapa tahun. Jika keadaan tersebut terus
berlangsung sampai masa remaja dan dewasa, mungkin anak memiliki kelainan
psikis.
Untuk anak
yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
ajak anak kembali ke tempat tidurnya bacakan cerita yang pendek
ajak anak kembali ke tempat tidurnya bacakan cerita yang pendek
·
tawari
untuk ditemani oleh boneka ataupun selimut kesayangannya
·
gunakan
lampu redup.
Untuk
menjaga keamanan bagi anak yang berjalan sambil tidur, sebaiknya pintu kamarnya
dikunci dari luar tetapi hal ini harus dipertimbangkan secara seksama agar anak
tidak merasa dikurung.
G. MASALAH PELATIHAN BUANG AIR
G. MASALAH PELATIHAN BUANG AIR
Pelatihan
buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun,
sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun.
Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air besar sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri.
Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air besar sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri.
Tetapi
sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih mengompol
pada malam hari.
Cara
terbaik untuk menghindari timbulnya masalah pelatihan buang air (toilet
training) adalah dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan
anak adalah:
·
Selama
beberapa jam pakaian dalamnya kering
·
Anak
menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah
·
Anak
menunjukkan ketertarikannya untuk duduk diatas potty chair (pispot
khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus)
·
Anak
mampu mengikuti petunjuk/aturan lisan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bulan.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bulan.
Metode
toilet training yang paling banyak digunakan adalah metode timing. Anak
yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap
diminta untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap.
Kemudian anak diminta untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk
diatas potty chair selama tidak lebih dari 5-10 menit. Hal tersebut dilakukan
sambil ibu memberikan penjelasan bahwa sekarang sudah saatnya anak untuk
melakukan buang air besar/kecil di tempatnya (maksudnya pada potty chair atau
kloset), bukan di pakaian dalam ataupun popok. Jika anak sudah bisa
melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupun hadiah. Tetapi jika anak
belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi maupun menghukum anak.
Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal buang air besar/kecil yang teratur.
Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal buang air besar/kecil yang teratur.
Metode
toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak yang
sudah siap, diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka
sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering
dan telah berhasil melewati setiap proses toilet training.
Kemudian
ibu meminta anak untuk menirukan proses toilet training dengan bonekanya secara
berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bonekanya. Selanjutnya, anak
menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian
kepada anak.
Jika anak
tetap bertahan duduk di toilet, sebaiknya diangkat dan toilet training dicoba
kembali setelah anak makan. Jika hal ini berlangsung selama beberapa hari,
sebaiknya toilet training ditunda selama beberapa minggu. Sangat penting untuk
memberikan pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan toilet training.
Setelah
pola buang air besar/kecil stabil, secara perlahan pujian tersebut dikurangi.
Memaksa anak untuk buang air besar/kecil di toilet dengan kekerasan tidak
efektif dan bisa menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
H. ENURESIS NOKTURNAL
Enuresis
nokturnal (bed-wetting) adalah buang air kecil secara tidak sengaja dan
terjadi secara berulang ketika sedang tidur, pada seorang anak yang sudah cukup
besar dan semestinya sudah tidak mengompol lagi di tempat tidur.
Sekitar
30% anak berumur 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% anak berumur 12 tahun
dan 1% anak berumur 18 tahun masih mengompol di tempat tidur.
Bed-wetting lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
Bed-wetting lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
Penyebabnya
biasanya adalah terlambatnya proses pendewasaan, yang kadang disertai dengan
gangguan tidur (misanya tidur sambil berjalan atau teror malam).
1-2% kasus disebabkan oleh kelainan fisik (biasanya berupa infeksi saluran kemih).
Bed-wetting juga kadang disebabkan oleh masalah psikis.
1-2% kasus disebabkan oleh kelainan fisik (biasanya berupa infeksi saluran kemih).
Bed-wetting juga kadang disebabkan oleh masalah psikis.
Kadang
bed-wetting berhenti kemudian timbul lagi. Kekambuhan ini biasanya terjadi
karena anak mengalami peristiwa yang menegangkan atau karena anak menderita
kelainan fisik (misalnya infeksi saluran kemih).
Untuk anak
yang berumur kurang dari 6 tahun, biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan,
hanya menunggu sampai gejalanya hilang dengan sendirinya.
Setiap tahunnya, pada 15% anak yang berumur lebih dari 6 tahun, bed-wetting akan berhenti dengan sendirinya. Jika hal ini tidak terjadi, bisa dicoba salah satu dari 3 jenis pengobatan berikut: (melindungi) serta menghindari perpisahan maupun lingkungan yang baru. Respon seperti ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada pematangan /pendewasaan dan perkembangan anak.
Setiap tahunnya, pada 15% anak yang berumur lebih dari 6 tahun, bed-wetting akan berhenti dengan sendirinya. Jika hal ini tidak terjadi, bisa dicoba salah satu dari 3 jenis pengobatan berikut: (melindungi) serta menghindari perpisahan maupun lingkungan yang baru. Respon seperti ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada pematangan /pendewasaan dan perkembangan anak.
Konsultasi
dan terapi perilaku. Konsultasi melibatkan anak dan orang tua; diberikan
penjelasan bahwa bed-wetting memang agak sering terjadi, dapat diperbaiki dan
tidak perlu menimbulkan rasa bersalah pada siapapun.
Terapi
perilaku untuk anak:
·
Menandai
pada penanggalan/kalender malam-malam dimana dia mengompol maupun tidak
·
Menahan
diri untuk tidak minum 2-3 jam sebelum tidur
·
Melakukan
buang air kecil sebelum tidur
·
Mengganti
pakaian dan seprenya sendiri jika mengompol.
Terapi perilaku untuk orang tua:
Terapi perilaku untuk orang tua:
·
Tidak
menghukum atau memarahi anak karena mengompol
·
Memberikan
pujian/hadiah jika anak tidak mengompol (misalnya memberikan tanda bintang pada
kalender atau hadiah lainnya, tergantung kepada usia anak).
·
Alarm ngompol.
Merupakan metode pengobatan yang paling
efektif, mampu menyembuhkan 70% anak yang mengompol dan hanya 10-15% yang
mengompol kembali setelah metode ini dihentikan.
Metode ini tidak mahal dan mudah
diterapkan meskipun cara kerjanya lambat.
Alarm akan berbunyi jika telah keluar beberapa tetes air kemih. Pada beberapa minggu pertama, anak akan terbangun setelah ngompol. Beberapa minggu berikutnya anak terbangun setelah sedikit mengeluarkan air kemihnya dan tempat tidurnya belum terlalu basah. Lama-lama anak akan terbangun karena ingin buang air kecil dan tempat tidurnya masih kering. Alam ini boleh dilepas setelah 3 minggu anak tidak mengompol.
Alarm akan berbunyi jika telah keluar beberapa tetes air kemih. Pada beberapa minggu pertama, anak akan terbangun setelah ngompol. Beberapa minggu berikutnya anak terbangun setelah sedikit mengeluarkan air kemihnya dan tempat tidurnya belum terlalu basah. Lama-lama anak akan terbangun karena ingin buang air kecil dan tempat tidurnya masih kering. Alam ini boleh dilepas setelah 3 minggu anak tidak mengompol.
Terapi obat.
Pemberian obat pada saat ini lebih
jarang dilakukan karena alarm ngompol lebih efektif dan obat-obatan mungkin
akan menimbulkan efek samping.
Jika pengobatan lainnya gagal dan orang tua sangat menginginkan pemberian obat, biasanya diberikan imipramin.
Jika pengobatan lainnya gagal dan orang tua sangat menginginkan pemberian obat, biasanya diberikan imipramin.
Imipramin adalah obat anti-depresi
yang mengendurkan kandung kemih dan memperkuat sfingter yang menghambat
aliran air kemih. Keuntungan dari pemberian obat adalah cara kerjanya yang
cepat. Setelah selama 1 bulan anak tidak mengompol, dosisnya diturunkan dan diberikan
selama 2-4 minggu, kemudian pemberian obat dihentikan. Sekitar 75% anak akan ngompol kembali setelah
obat dihentikan. Jika hal ini terjadi, bisa dicoba diberikan obat selama 3
bulan.
Contoh darah diperiksa setiap 2-4
minggu untuk memastikan bahwa jumlah sel darah putih tidak berkurang (karena
salah satu efek samping dari obat ini adalah penurunan jumlah sel darah putih).
Pilihan lainnya dalah obat semprot
hidung desmopressin, yang mengurangi pengeluaran air kemih. Efek sampingnya
sedikit tetapi harganya mahal.
I. ENKOPRESIS
Enkopresis
adalah secara tidak sengaja buang air besar, tetapi bukan disebabkan oleh penyakit
maupuan kelainan fisik. Sekitar 17% anak berumur 3 tahun dan 1% anak berumur 4
tahun mengalami enkopresis. Kebanyakan hal ini terjadi karena anak tidak mau
menjalani toilet training. Tetapi kadang enkopresis disebabkan oleh sembelit,
yang menyebabkan teregangnya dinding usus dan berkurangnya kesiagaan/kesadaran
anak akan ususnya yang telah penuh serta terganggunya pengendalian otot.
Jika
penyebabnya adalah sembelit, maka diberikan obat pencahar dan tindakan lainnya
agar jadwal buang air besar anak menjadi teratur. Jika penyebabnya adalah
karena tidak mau menjalani toilet trainng, mungkin perlu dilakukan konsultasi
dengan psikolog.
Penyebab
sembelit kronis yang bisa menyebabkan terjadinya enkopresis:
-
Menahan
buang air besar karena takut menggunakan jamban
-
Tidak
mau belajar menggunakan jamban
-
Fissura
anus (robekan pada lapisan anus yang
menimbulkan nyeri)
-
Kelainan
bawaan (misalnya kelainan korda spinalis
-
Penyakit
Hirschsprung
-
Kadar
tiroid yang rendah
-
Gizi
yang buruk
-
Cerebral
palsy
-
Kelainan
psikis pada anak atau keluarganya.
J.
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN
Gangguan
Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder (ADD) adalah
suatu pemusatan perhatian yang buruk atau singkat dan sifat impulsif
(mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak, dengan atau tanpa
hiperaktivitas. ADD diperkirakan terjadi pada 5-10% anak usia sekolah dan 10
kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Tanda-tanda dari ADD banyak
yang sudah tampak sebelum anak berumur 4 tahun tetapi baru menimbulkan gangguan
yang berarti pada usia sekolah. Penyakit ini biasanya diturunkan. Penelitian
terakhir menujukkan bahwa penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada neurotransmiter
(zat yang menghantarkan gelombang saraf di dalam otak).
ADD
seringkali diperburuk oleh lingkungan di rumah maupun sekolah. ADD terutama
merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan
menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif dan overaktif. Diagnosis
ADD biasanya ditegakkan jika anak memiliki 8 dari 14 gejala berikut: atau
kelainan anus)
- Gelisah (seringkali meremas-remas tangannya atau menggeliatkan kakinya)
- Tidak dapat diminta duduk tenang
- Perhatiannya mudah terganggu oleh rangsangan yang asing
- Tidak dapat menunggu gilirannya jika sedang bermain dalam kelompok
- Seringkali melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai diberikan
- Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk dari orang lain, meskipun dia memahaminya dan tidak berusaha untuk melawan
- Mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatiannya ketika sedang melakukan aktivitas belajar ataupun bermain
- Seringkali meninggalkan kegiatan yang belum tuntas dan beralih kepada kegiatan yang baru
- Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
- Seringkali terlalu banyak berbicara
- Seringkali menyela percakapan atau mengganggu orang lain
- Seringkali tidak mendengarkan apa yang telah dikatakan kepadanya
- Seirngkali kehilangan benda-benda yang diperlukan dalam kegiatan belajarnya di sekolah maupun di rumah
- Seirngkali terlibat dalam aktivitas fisik yang berbahaya tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkannya.
Pengobatan yang paling efektif
adalah obat-obat psikostimulan (perangsang psikis).
Terapi perilaku dipimpin oleh seorang psikolog anak yang biasanya dikombinasikan dengan terapi obat. Seringkali diperlukan teknik pengasuhan yang terstruktur, teratur dan dimodifikasi. Tetapi kepada anak-anak yang tidak terlalu agresif dan berasal dari lingkungan rumah yang stabil, hanya diberikan terapi obat.
Terapi perilaku dipimpin oleh seorang psikolog anak yang biasanya dikombinasikan dengan terapi obat. Seringkali diperlukan teknik pengasuhan yang terstruktur, teratur dan dimodifikasi. Tetapi kepada anak-anak yang tidak terlalu agresif dan berasal dari lingkungan rumah yang stabil, hanya diberikan terapi obat.
Obat yang paling sering diberikan
adalah metilfenidat. Obat ini telah terbukti lebih efektif daripada anti-depresi,
kafein dan psikostimulan lainnya, serta menimbulkan efek samping yang lebih
sedikit jika dibandingkan dengan dekstroamfetamin. Efek samping yang biasa
timbul adalah gangguan tidur (misalnya insomnia) dan berkurangnya nafsu
makan. Efek samping lainnya adalah depresi atau perasaan sedih, sakit kepala,
nyeri lambung dan tekanan darah tinggi. Jika diminum dalam dosis tinggi dan
dalam waktu yang lama, metilfenidat bisa memperlambat pertumbuhan anak.
Anak dengan ADD biasanya tidak dapat
mengatasi kesulitannya sendiri. Masalah yang timbul atau tetap ada pada masa
remaja dan dewasa adalah kegagalan akademis, harga diri yang rendah, kecemasan,
depresi dan kesulitan dalam mempelajari perilaku sosial yang benar. Mereka
tampaknya lebih bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan daripada
dengan lingkungan sekolah. Jika ADD tidak diobati, maka penderita memiliki
resiko mengkonsumsi alkohol atau zat lainnya serta memiliki resiko bunuh diri
yang lebih tinggi.
K. KETIDAKMAMPUAN BELAJAR
Ketidakmampuan
Belajar adalah ketidakmampuan untuk menerima, menyimpan dan menggunakan secara
luas kemampuan ataupun informasi khusus, yang terjadi akibat kurangnya
pemusatan perhatian, memori atau pemikiran dan hal ini mempengaruhi prestasi
akademik.
Terdapat
berbagai jenis ketidakmampuan belajar dan masing-masing tidak memiliki penyebab
yang pasti. Tetapi dasar dari semua jenis ketidakmampuan belajar ini diyakini
merupakan suatu kelainan pada fungsi otak. Ketidakmampuan belajar 5 kali lebih
sering ditemukan pada anak laki-laki. Seorang anak yang mengalami
ketidakmampuan belajar seringkali mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan
penglihatan dan gerakannya serta menunjukkan kecanggungan ketika melaksanakan
kegiatan fisik, seperti memotong, mewarnai, mengancingkan baju, mengikat tali
sepatu dan berlari. Anak juga mungkin mengalami masalah dengan persepsi
penglihatan atau pengolahan fonologis
Beberapa
anak mengalami masalah dalam membaca, menulis maupun berhitung. Tetapi
kebanyakan ketidakmampuan belajar ini sifatnya kompleks dan kelainannya terjadi
di lebih satu daerah. Anak mungkin lambat dalam:
-
mempelajari
jenis warna atau huruf
-
menyebutkan
nama benda yang dikenalnya,
-
berhitung
-
mencapai
kemajuan dalam kemampuan belajar dini lainnya. Belajar menulis dan membaca
mungkin tertunda. Gejala lainnya adalah pemusatan perhatian yang pendek dan
perhatiannya mudah terganggu, percakapannya terputus serta ingatannya pendek. Anak
juga mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengendalikan dorongan
serta memiliki masalah dalam kedisiplinan. Mereka mungkin menunjukkan sikap
hiperaktif, menarik diri, pemalu atau agresif.
Untuk
memperkuat diagnosis, dilakukan berbagai pemeriksaan berikut:
-
Pemeriksaan
fisik
-
Serangkaian
tes kecerdasan (verbal dan non-verbal, termasuk tes membaca, menulis dan berhitung).
-
Tes
psikis.
Untuk membantu meningkatkan
perhatian dan konsentrasi bisa diberikan metilfenidat. Pengobatan yang paling
efektif adalah pendidikan yang secara seksama disesuaikan dengan individu anak.
L. DISLEKSIA
Disleksia adalah ketidakmampuan
belajar yang terutama mengenai dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi
kemampuan mempelajari kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat
kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan
yang cukup serta penglihatan dan pendengaran yang normal. Disleksia cenderung
diturunkan dan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Disleksia terutama
disebabkan oleh kelainan otak yang mempengaruhi proses pengolahan bunyi dan bahasa
yang diucapkan.
Kelainan ini merupakan kelainan
bawaan, yang bisa mempengaruhi penguraian kata serta gangguan mengeja dan
menulis. Anak sangat terlambat berbicara, mengalami kesulitan dalam mengucapkan
kata serta dalam mengingat nama huruf, angka dan warna. Mereka mengalami
kesulitan dalam mencampur bunyi, mengiramakan kata, mengenali posisi bunyi
dalam kata, memisahkan kata ke dalam bunyi dan mengenali jumlah bunyi dalam
kata. Anak ragu dalam memilih kata, menemukan pengganti kata dan memberi nama
huruf serta gambar.
Mereka keliru/bingung dalam
mengenali kata atau huruf yang serupa; huruf d sering disebutnya sebagai
huruf b.
Tes untuk disleksia sebaiknya dilakukan
pada anak-anak yang:
-
Tidak
mencapai kemajuan dalam kemampuan mempelajari kata-kata pada pertengahan atau
akhir kelas pertama.
-
Belum
bisa membaca padahal berdasarkan kemampuan verbal maupun intelektualnya seharusnya
sudah bisa membaca Lambat dalam belajar membaca
-
Belum
fasih berbicara.
Pengobatan yang terbaik adalah instruksi langsung,
yang menggabungkan pendekatan multisensorik. Jenis pengobatan ini terdiri dari
pengajaran suara dengan berbagai isyarat, biasanya terpisah dan (jika
memungkinkan) merupakan bagian dari program membaca. Instruksi tidak
langsung juga bisa diterapkan. Biasanya terdiri dari pelatihan untuk
mengucapkan kata atau pemahaman membaca. Anak diajari bagaimana caranya untuk
mengolah bunyi dengan mencampur bunyi untuk membentuk kata, dengan memisahkan
kata ke dalam huruf dan dengan mengenali posisi bunyi dalam kata. (misalnya dalam
mengenali bagian-bagian atau pola dan membedakan berbagai jenis suara) atau
masalah dengan ingatan, percakapan, pemikiran serta pendengaran. (www.tanyadokter.com/disease)
M. PHOBIA SOSIAL
a. Defenisi
Phobia sosial adalah
gangguan perkembangan sosial anak dimana anak berada dalam kondisi irasional yaitu kecemasan yang
berlebihan ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.
b. Ciri-ciri
1) Anak
takut berintaraksi dengan lingkungan sosial
2) Anak
enggan untuk berangkat kesekolah dan tempat-tempat keramaian.
3) Anak
tidak mau berkenalan dengan teman sebaya atau orang lain, cenderung menghindari
kontak mata dengan orang lain, menarik diri, cemas ketika berhadapan dengan
orang lain.
4) Anak
selalu menempel pada orang tua, tidak mau ditinggal di sekolah.
5) Rendahnya
kepercayaan diri anak, memiliki konsep negative takut tidak di teriman di
lingkungan.
c. Penyebab
1) Pola
asuh yang salah sehingga perkembangan kemandirian sosialnya terhambat, misal
orang tua dengan pengasuhan yang otoriter, atau overprotektif.
2) Trauma
3) Genetik/bawaan
dari lahir
Yaitu pada masa janin
perkembangan otak anak tidak normal, terdapat kelebihan pada otak bagian kanan
(amygdala) yang berperan mengontrol rasa takut. Respon tersebut menimbulkan
reaksi fisik saat anak berinteraksi, misal pusing, mual, sakit perut, keringat
dingin. Reaksi fisik tersebut dipicu
oleh adanya overaktif pada system saraf otonom yang mengatur system saraf
denyut jantung.
d. Perbedaan
phobia sosial dengan anak pemalu/pencemas.
Pada
anak dengan phobia sosial, dia menganggap segala perilakunya akan dinilai oleh
orang lain. Pikirannya hanya terfokus pada hal tersebut sehingga membuatnya
tidak mampu mengatasi rasa cemas.
Sedangkan pada anak pemalu, ia hanya takut berinteraksi dengan lingkungan
sosial sementara waktu, ketika sudah bisa beradaptasi, ia akan bergaul secara
normal dengan teman-teman sebaya dan orang-orang disekitarnya.
e. Penanganan
1) Mengevaluasi pola asuh.
Idealnya orang tua bersikap demokratis, tetap memegang kendali namun tetap memberikan
kebebasan anak berpendapat.
2) Agenda sosialisasi.
Masukkan jadwal sosialisasi dalam jadwal kegiatan anak. Anak sebaiknya tidak
teralu disibukkan dengan les privat sehingga membuat ia lupa bermain dengan
teman-temannya. Pastikan anak mempunyai waktu untuk menambah koleksi teman dan
berinteraksi dengan teman lama.
3) Kenalkan anak pada beragam karakter.
Hal ini dapat dilakukan dengan membacakan cerita fiksi, mengenalnya tokok-tokoh
yang ada didalam cerita tersebut, atau
bisa juga menceritakan pengalaman berteman guru/orang tua kemudian membiarkan
anak memperlajari tokoh-tokoh yang diceritakan dan minta anak untuk
menceritakan kembali apa yang ia dengar dan pahami dari karakter
tokoh-tokoh tersebut.
4) Bermain peran.
Hal ini untuk melatih anak komunikasi interpersonal. Misal, bermain
telpon-telponan, guru/oarngtua sebagai penelpon, anak sebagai penerima. Atau
bermain dengan bertamu kerumah tetangga, guru/orangtua sebagai tuan rumah, anak
sebagai tetangga yang berkunjung.
5) Sering mengajak anak silaturahim kekerabat,
sepupu, tetangga, bermain di taman bermain dan tempat keramaian lain.
N. HIPERAKTIVITAS
a. Defenisi
Hiperaktivitas adalah suatu gangguan
perkembangan pada tingkat aktivitas anak, dimana anak memiliki aktivitas yang
berlebihan (tinggi), ata suatu pola perilaku anak yang menyebabkan sikap anak
tidak mau diam, tidak bisa focus perhatian dan impulsive (semaunya sendiri).
Anak hiperaktif cenderung selalu bergerak dan tidak bisa tenang.
b. Perbedaan
overaktif, hiperaktif dan sindrom hiperkenetik.
1) Overaktif
adalah keadaan dimana anak tidak mau diam, disebabkan karena anak kelebihan
energy. Hal ini menunjukkan anak berada dalam keadaan sehat, cerdas dan penuh
semangat.
2) Hiperaktif
adalah keadaan dimana pola perilaku anak overaktif yang cenderung menyimpang (
tidak pada tempatnya) dan semaunya sendiri, terkadang menimbulkan kerusakan,
mengganggu orang lain dan bisa membahayakan jiwa anak sendiri.
3) Sindrom
hiperkenetik adalah semua bentuk aktivitas yang parah yang menyertai kelambatan
dalam perkembangan psikologinya, misal
dalam perkembangan bicara kikuk, kesulitan bicara.
c.
Penyebab
1) Gangguan
perkembangan otak pada masa janin di akibatkan keracunan kehamilan
2) Keracunan
timbal yang parah pada masa kanak-kanak, menyebabkan gangguan proses
perkembangan otak ditandai dengan kesulitan konsentrasi dan hiperaktif. Sumber
produksi timbal yaitu batu battery,asap kendaraan, cat rumah yang sudah tua,
bengkel produksi mobil bekas.
3) Infeksi
Telinga, yang menyebakan lemahnya pendengaran sehingga perkembangan bahasa lamban
dan perilaku menjadi hiperaktif.
4) Disfungsi
neurologis, dengan gejala utama tidak bisa memusatkan perhatian.
d.
Penanganan
1.
Bimbinglah
anak hiperaktif menemukan keunggulan dan kekuatan. Hal ini bertujuan agar
mereka terlatih menghargai diri pribadi
yang memiliki keunikan yaitu kelebihan dan kekurangan.
2.
Ajarkan
disiplin. Disipilin yang tinggi pada anak hiperaktif penting agar ia dapat
mengatur dirinya dengan baik.
3.
Jangan
menghukum. Perilaku hiperaktif anak
bukanlah suatu kesalahan yang disengaja, tetapi karena perkembangan otaknya tak
sempurna, dan ia tidak perlu dihukum.
4.
Salurkan
ke-agresifan anak. Libatkan dan ikutsertakan anak dalam kegiatan olahraga
dan kegiatan di luar ruangan.
5.
Jangan
memberi label. Jangan member label anak hiperaktfi dengan kata-kata
“nakal/bodoh/malas”, karena pada akhirnya ia akan berperilaku seperti yang
dilabelkan kepadanya, bantu anak menyelesaikan permasalahannya.
6.
Pengulangan
. Teruslah mengulang hal-hal yang
dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak.
7.
Perbanyak
komunikasi. Jika pada anak normal hanya berkomunikasi pada saat tertentu,
maka pada anak hiperaktif harus
berkomunikasi lebih sering.
8.
Pengawasan.
Lakukan pengawasan gerakan anak yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang
lain. (www. bidansmart.wordpress.com/.../masalah-perkembangan-pada-anak)
Pertumbuhan
dan perkembangan anak yang mengalami perlakuan salah, pada umumnya lebih lambat
dari anak yang normal yaitu:
1. Pertumbuhan
fisik pada anak pada umumnya kurang dari anak-anak sebayanya yang tidak
mendapat perlakuan salah.
2. Perkembangan
kejiwaan mengalami gangguan yaitu :
a. Kecerdasan
-
Keterlambatan dalam perkembangan
kognitif, bahasa, membaca dan motorik.
-
Retardasi mental diakibatkan trauma
langsung pada kepala dan malnutrisi
-
Tidak adanya stimulasi yang adekuat atau
karena gangguan emosi
b. Emosi
-
Perlu anamnesis yang lengkap dari
keluarga
-
Terdapat gangguan emosi pada:
perkembangan konsep diri yang positif, dalam mengatasi sifat agresif,
perkembangan hubungan social dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk
percaya diri.
-
Terjadi pseudomaturitas emosi. Anak
menjadi agresif/ bermusuhan dengan orang dewasa atau menjadi posesif/ menjauhi
pergaulan.
c. Konsep
diri
Anak yang mendapat
perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai, tidak dikehendaki, muram,
dan tidak bahagia, tidak mampu menyenangi aktifitas dan bahkan mencoba bunuh
diri.
d. Agresif
Anak yang mendapat
perlakuan salah secara badani, lebih agresif terhadap teman sebayanya. Sering
tindakan agresif tersebut meniru tindakan orang tua mereka sebagai hasil
miskinnya konsep diri.
e. Hubungan
social
Pada anak-anak ini sering kurang
dapat bergaul dengan teman sebayanya atau dengan orang dewasa. Mereka mempunyai
sedikit teman, dan suka mengganggu orang dewasa dengan melempari batu, dan
perbuatan criminal lainnya. (Soetjiningsih, 1995)
DAFTAR
PUSTAKA
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC
www.
bidansmart.wordpress.com/.../masalah-perkembangan-pada-anak